Tulisan
ini berawal dari kegalauan saya sebagai guru untuk menjelaskan bagaimana
memaknai laporan hasil belajar (raport) yang diserahkan setiap semester kepada
orang tua atau wali siswa. Selain itu juga ingin mengungkapkan tantangan-tantangan
yang dihadapi oleh anak-anak pada zaman sekarang yang penuh kejutan dan ketidak
pastian serta perubahan besar-besaran dalam tatanan kehidupan maupun teknologi.
Memaknai
Hasil Belajar
Saya
awali tulisan ini dengan penjelasan memaknai laporan hasil belajar (raport). Laporan
hasil belajar ini merupakan gambaran dari perkembangan anak selama satu
semester (program pembelajaran). Mari kita syukuri setiap pencapaian dan
bersama-sama mencari solusi untuk meningkatkan prestasi yang masih perlu
ditingkatkan. Keberhasilan pendidikan tidak terlepas dari peran aktif orang tua
dan sekolah yang saling mendukung. Dengan membangun komunikasi yang harmonis
dan kerjasama yang erat, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang optimal
bagi anak untuk berkembang sesuai dengan potensi terbaiknya. Prestasi sudah
semestinya patut diapresiasi begitu juga kekurangan mari kita bantu agar mereka
melampauinya.
Nilai-nilai
yang tertera dalam laporan ini hanyalah sebagian kecil dari capaian anak.
Proses belajar yang dilalui anak jauh lebih berharga. Kemampuan untuk bangkit
setelah mengalami kesulitan adalah keterampilan hidup yang sangat penting. Mari
kita tanamkan pada anak bahwa setiap tantangan adalah peluang untuk belajar dan
tumbuh.
Menurut
KH. Ahmad Dahlan fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. KH Ahmad Dahlan berpendapat bahwa pelajaran agama, karena
pada hakikatnya manusia adalah mahluk ciptaan Allah SWT, jika muatan-muatan
pendidikan sejalan dengan tuntutan Al Quran dan Hadist maka manusia dapat
memakmurkan bumi dan menjalankan fitrah nya sebagai khalifah di bumi ini dengan
baik dan tidak menimbulkan kerusakan.
Selain
itu pendapat Ki Hajar Dewantara, pendidikan sejatinya bukan hanya tentang
penguasaan ilmu, tetapi juga pembentukan karakter dan kemandirian. Proses
belajar harus mengembangkan manusia yang mampu menghadapi kehidupan dengan
bijaksana, berdaya juang tinggi, dan tetap memegang nilai-nilai kemanusiaan.
Oleh karena itu, mari bersama-sama mendorong anak untuk tidak hanya mengejar
hasil akademik, tetapi juga membangun keterampilan dan sikap yang berguna
sepanjang hidupnya.
Adab
diatas ilmu
Para
tokoh pendidikan telah mengajarkan kita bahwa akhlak yang baik adalah tujuan
utama pendidikan. Segala ilmu yang dimiliki akan menjadi sia-sia jika tidak
disertai dengan perilaku yang baik. Mari kita bersama-sama menanamkan
nilai-nilai moral dan etika pada anak-anak kita sejak dini. Nasehat dari banyak
tokoh pendidikan dan para ulama adalah bahwa adab berada di atas ilmu, karena
puncak dari ilmu sejatinya adalah adab dan perilaku yang baik.
Contoh
nyata yang bisa kita amati adalah maraknya kasus cyberbullying di media sosial
yang sering melibatkan anak-anak dan remaja. Meskipun mereka mungkin sudah
memahami teknologi dan canggih dalam menggunakan perangkat digital, kurangnya
nilai-nilai etika dan empati dalam berinteraksi menyebabkan dampak negatif,
baik bagi korban maupun pelaku. Kondisi ini menunjukkan bahwa penguasaan ilmu
saja tidak cukup tanpa ditopang dengan moral yang kuat. Dengan menanamkan adab
dan nilai-nilai kebaikan sejak dini, kita dapat membantu anak-anak kita menjadi
individu yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bijak dalam menggunakan ilmunya
untuk kebaikan bersama.
Dunia
digital telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita. Sayangnya,
tidak semua konten di internet bermanfaat. Sebagai orang tua, kita memiliki
peran penting dalam membimbing anak dalam menggunakan teknologi dengan bijak.
Mari kita ajarkan anak untuk memilih konten yang positif dan membatasi waktu
penggunaan gadget.
Bahaya
Mengintai Anak di Era Media Sosial
Platform
seperti TikTok yang populer di kalangan anak-anak dan remaja, misalnya, sering
kali menyajikan tren yang tidak selalu sesuai dengan nilai-nilai pendidikan dan
moral. Beberapa tren berbahaya, seperti tantangan ekstrem atau konten yang
mempromosikan gaya hidup negatif, dapat memengaruhi perilaku anak secara
langsung. Selain itu, anak-anak juga rentan terhadap informasi palsu (hoaks)
yang dengan mudah tersebar melalui media sosial, serta ancaman kejahatan dunia
maya seperti perundungan, penipuan, atau eksploitasi.
Era
disrupsi teknologi ini membawa perubahan besar, di mana anak-anak terpapar
teknologi sejak dini. Dampaknya bisa positif, seperti membuka peluang belajar
yang lebih luas, tetapi juga negatif jika tidak disertai dengan pengawasan dan
bimbingan yang tepat. Ketergantungan pada gadget dapat mengurangi interaksi
sosial, mengganggu waktu tidur, bahkan memengaruhi perkembangan emosional anak.
Sebagai
orang tua dan pendidik, sangat penting untuk mendampingi anak dalam memahami
manfaat teknologi sekaligus mengenalkan bahaya yang mungkin timbul. Dengan
mengajarkan literasi digital sejak dini, anak dapat belajar menggunakan
teknologi secara bijak dan bertanggung jawab
Generasi
Strawberry
Sering
kali kita mendengar istilah generasi strawberry dibahasa oleh banyak
tokoh-tokoh pendidikan. Istilah 'generasi strawberry' sering digunakan untuk
menggambarkan anak-anak muda yang tampak cemerlang dan berbakat, tetapi
cenderung rapuh ketika dihadapkan pada tekanan atau tantangan. Mereka tumbuh
dalam kenyamanan, sehingga sering kali kurang memiliki ketahanan mental untuk
menghadapi kesulitan. Hal ini menjadi tantangan besar bagi guru dan orang tua
dalam mendidik mereka di tengah era digital yang penuh distraksi.
Kebingungan
sering muncul karena pola asuh dan pendekatan pendidikan yang digunakan belum
sepenuhnya menyesuaikan dengan perubahan zaman. Orang tua yang terlalu
melindungi anak atau guru yang terlalu menekankan hasil akademik sering kali
tidak memberikan ruang bagi anak untuk belajar menghadapi kegagalan atau
bertanggung jawab atas keputusan mereka. Akibatnya, anak-anak dapat tumbuh
menjadi individu yang kurang mandiri, sulit mengambil inisiatif, dan mudah
menyerah ketika menghadapi masalah.
Jika
tidak segera diatasi, perilaku seperti ini dapat berdampak negatif pada
kehidupan mereka di masa depan. Ketidakmampuan mengelola stres, kurangnya
keterampilan pemecahan masalah, dan ketergantungan pada orang lain dalam
membuat keputusan dapat menghambat perkembangan mereka, baik dalam kehidupan
pribadi maupun profesional.
Solusi
yang dapat diterapkan adalah dengan memberikan anak-anak tanggung jawab yang
sesuai dengan usia mereka dan mendukung mereka untuk mengatasi tantangan secara
mandiri. Misalnya, membiarkan anak-anak mengelola jadwal belajar mereka sendiri
dengan bimbingan, atau mendorong mereka untuk menyelesaikan konflik dengan
teman secara sehat. Selain itu, penting juga untuk membangun ketahanan mental
melalui diskusi terbuka tentang kegagalan sebagai bagian dari proses belajar,
bukan akhir dari segalanya.
Kolaborasi antara orang tua, guru, dan lingkungan sekolah juga sangat penting. Dengan memberikan pendidikan karakter yang berfokus pada nilai-nilai seperti tanggung jawab, ketekunan, dan keberanian menghadapi kesulitan, generasi ini dapat menjadi individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga tangguh dalam menghadapi tantangan kehidupan.
Penulis:
Posting Komentar